Saturday 3 May 2014

Sejarah Dan Keunikan Taman Nasional Ujung Kulon



Taman Nasional Ujung Kulon merupakan obyek wisata alam yang menarik, dengan keindahan dan keunikan alam berupa sungai-sungai dengan jeramnya, air terjun, pantai pasir putih, sumber air panas, taman laut dan peninggalan budaya/sejarah (Arca Ganesha, di Gunung Raksa Pulau Panaitan). Semua itu merupakan pesona alam yang sangat menarik untuk dikunjungi dan sulit ditemukan di tempat lain.
Dalam kesempatan ini saya akan mengulas Sejarah Dan Keunikan Taman Nasional Ujung Kulon yang merupakan salah satu situs warisan dunia dari 8 situs yang dimiliki oleh Indonesia. (baca : Indonesia Mempunyai Situs Warisan Dunia Terbanyak Di Asean)

Taman Nasional Ujung Kulon terletak di bagian paling barat Pulau Jawa, Indonesia. Kawasan Taman nasional ini juga memasukan wilayah Krakatau dan beberapa pulau kecil disekitarnya seperti Pulau Handeuleum dan Pulau Peucang. Taman ini mempunyai luas sekitar 122.956 Ha (443 km² di antaranya adalah laut), yang dimulai dari tanjung Ujung Kulon sampai dengan Samudera Hindia. Kawasan yang berhutan luas tersebut merupakan lokasi berkembang biaknya badak bercula satu yang merupakan Badak Jawa. 

Taman Nasional ini menjadi Taman Nasional pertama yang diresmikan di Indonesia, dan juga sudah diresmikan sebagai salah satu Warisan Dunia yang dilindungi oleh UNESCO pada tahun 1991, karena wilayahnya mencakupi hutan lindung yang sangat luas. Sampai saat ini kurang lebih 50 sampai dengan 60 badak hidup di habitat ini.

Pada awalnya Ujung Kulon adalah daerah pertanian pada beberapa masa sampai akhirnya hancur lebur dan habis seluruh penduduknya ketika Gunung Krakatau meletus pada tanggal 27 Agustus 1883 yang akhirnya mengubahnya kawasan ini kembali menjadi hutan. Kawasan Taman nasional Ujung Kulon secara administrative terletak di Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Banten. Secara geografis Taman Nasional Ujung Kulon terletak antara ( 06°52′17″LU 105°02′32″BT) dan ( 06°30′43″LU 105°37′37″BT).

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 284/Kpts-II/1992 tanggal 26 Februari 1992 tentang Perubahan Fungsi Cagar Alam Gunung Honje, Cagar Alam Pulau Panaitan, Cagar Alam Pulau Peucang, dan Cagar alam Ujung Kulon seluas 78.619 Ha dan Penunjukan perairan laut di sekitarnya seluas 44.337 Ha yang terletak di Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang, Propinsi Dati I Jawa Barat menjadi Taman Nasional dengan nama Taman Nasional Ujung Kulon maka luas kawasan Taman Nasional Ujung Kulon adalah 122.956 Ha.

Kawasan Ujung Kulon pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli Botani Jerman, F. Junghun pada Tahun 1846, ketika sedang mengumpulkan tumbuhan tropis. Pada masa itu kekayaan flora dan fauna Ujung Kulon sudah mulai dikenal oleh para peneliti. Bahkan perjalanan ke Ujung Kulon ini sempat masuk di dalam jurnal ilimiah beberapa tahun kemudian. Tidak banyak catatan mengenai Ujung Kulon sampai meletusnya gunung krakatau pada tahun 1883. Namun kemudian kedahsyatan letusan Krakatau yang menghasilkan gelombang Tsunami setinggi kurang lebih 15 meter, telah memporak-porandakan tidak hanya pemukiman penduduk di Ujung Kulon, tetapi satwaliar dan vegetasi yang ada. Meskipun letusan Krakatau telah menyapu bersih kawasan Ujung Kulon, akan tetapi beberapa tahun kemudian diketahui bahwa ekosistem-vegetasi dan satwaliar di Ujung Kulon tumbuh baik dengan cepat.

Keunikan Kawasan Ujung Kulon

Ekosistem Hutan Pantai dimulai dengan formasi pes caprae yang merupakan vegetasi pioner terdapat di sepanjang tepi pantai barat dan selatan. Di atas pasir dekat dengan garis pasang tertinggi antara lain dijumpai katang-katang, jukut kiara, kanyere laut dan tarum. Di Sepanjang pantai selatan di atas bukit pasir menghadap laut terdapat pandan membentuk tegakan-tegakan murni dan bidur walaupun agak jarang. Dan banyak lainnya.

Ekosistem Hutan Mangrove dengan jenis-jenis bakau yang paling umum terdapat ialah padi-padi, Api-api, Bakau-bakau, bogem dan pedada. Kadang-kadang terdapat Pakis rawa  di muara sungai payau. Hutan Mangrove yang luas terdapat pada jalur yang luas sepanjang sisi utara tanah genting meluas ke arah utara sepanjang pantai sampai Sungai Cikalong dan Legon Lentah Pulau Panaitan. Di atas sebelah barat laut Pulau Handeuleum dan kedua pulau kecil di sebelah selatan dekat Pulau Handeuleum terdapat hutan rawa Nypha yang tidak begitu luas, juga di muara Cijungkulon dan Cigenter di Pantai Utara Semenanjung Ujung Kulon.

Ekosistem Hutan Air Tawar, Hutan ini dicirikan dengan jenis-jenis Typha, Teki, Walingi, dan Lampeni, yang kadang-kadang membentuk tegakan murni. Pohon yang terdapat di daerah ini antara lain dari salak dan sayar. Hutan ini umumnya berbatasan dengan Hutan Hujan. Hutan Rawa musiman ini terdapat di bagian Utara Semenanjung Ujung kulon dekat dengan Tanjung Alang-alang, Nyiur, Jamang, dan sungai Cihandeuleum.

Ekosistem Hutan Hujan, tipe hutan hujan ini hampir menutupi sebagian besar Semenanjung Ujung Kulon, Pulau Panaitan, Pulau Peucang dan Gunung Honje. Hutan hujan di tandai dengan banyaknya palma dari berbagai spesies terutama langkap yang sering dijumpai dalam tegakan murni di daerah yang letaknya rendah. Spesies Palem yang lain adalah nibung, aren, sayar, jambe, bingbin dan banyak lainnya. Ekosistem Padang Rumput, di dalam padang rumput sering ditemui bebrapa spesies yang cukup banyak 

Kurang lebih 700 jenis tumbuhan terlindungi dengan baik dan 57 jenis diantaranya langka seperti; merbau, palahlar, bungur, cerlang, ki hujan, dan berbagai macam jenis anggrek.

Satwa di Taman Nasional Ujung Kulon terdiri dari 35 jenis mamalia, 5 jenis primata, 59 jenis reptilia, 22 jenis amfibia, 240 jenis burung, 72 jenis insekta, 142 jenis ikan, dan 33 jenis terumbu karang. Satwa langka dan dilindungi selain badak Jawa adalah banteng, ajag, surili, lutung, rusa, macan tutul, kucing batu, owa, dan kima raksasa.

Jenis-jenis ikan yang menarik di Taman Nasional Ujung Kulon baik yang hidup di perairan laut maupun sungai antara lain ikan kupu-kupu, badut, bidadari, singa, kakatua, glodok, dan sumpit (archer fish). Ikan glodok dan ikan sumpit adalah dua jenis ikan yang sangat aneh dan unik yaitu ikan glodok memiliki kemampuan memanjat akar pohon bakau, sedangkan ikan sumpit memiliki kemampuan menyemprot air ke atas permukaan setinggi lebih dari satu meter untuk menembak memangsanya (serangga kecil) yang berada di daun-daun yang rantingnya menjulur di atas permukaan air.

Selain itu, dalam area taman nasional ujung kulon terdapat beberapa pulau, diantaranya adalah :

Pulau Panaitan adalah sebuah pulau yang terletak paling barat di Ujung Semenanjung Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon yang dipisahkan oleh sebuah selat sempit. Pulau Panaitan merupakan pulau yang tidak kalah menariknya dengan Pulau Peucang. Pulau dengan luas ± 17.000 Ha ini memiliki berbagai potensi obyek wisata alam yang sangat menarik untuk dikunjungi.

Pulau Handeuleum terletak di antara gugusan pulau-pulau kecil yang berada di ujung timur laut pantai Semenanjung Ujung Kulon. Luas Pulau Handeuleum ± 220 Ha. Di Pulau ini terdapat satwa rusa, dan ular phyton. Pulau ini dikelilingi oleh hutan mangrove. Pesona yang bisa dinikmati di Pulau ini adalah daerah Cigenter, Padang Penggembalaan Cigenter, dan Cikabeumbeum yang jika ditempuh bisa menghabiskan waktu selama 2 (dua) hari. Pulau Peucang merupakan lokasi yang paling ramai dikunjungi oleh para pengunjung baik dalam maupun luar negeri. Pulau dengan luas kawasan ± 450 ha ini dilengkapi dengan sarana dan prasarana serta berbagai obyek wisata alam yang dapat dikunjungi oleh Wisatawan. Fasilitas yang ada di Pulau Peucang antara lain Penginapan, Pusat Informasi, Dermaga, dan lain sebagainya. Pantai di Pulau Peucang memiliki karakteristik yang khas yaitu pasir putih dan hamparan yang luas. Obyek wisata alam yang dapat dinikmati di pulau ini antara lain Tracking ke Karang Copong, Berenang, Snorkeling dan Menyelam dan banyak lainnya.

Wilayah Semenanjung Ujung Kulon merupakan habitat Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), sehingga dalam pengelolaan wisata alam untuk lokasi ini sangat terbatas sekali. Hal ini dikarenakan agar tidak mengganggu habitat Badak Jawa. Luas wilayah Semenanjung Ujung Kulon ini ± 38.000 Ha. Kegiatan wisata alam yang dapat di lakukan di lokasi ini antara lain Trekking, Berkemah dan Wildlife Viewing.

Gunung honje merupakan salah satu wilayah Taman Nasional Ujung Kulon. Luas wilayah Gunung Honje ± 19.500 Ha dan disekitarnya dikelilingi oleh 19 (sembilan belas) desa penyangga baik yang berbatasan langsung maupun tidak langsung. Salah satu desa yang menjadi pintu gerbang masuk ke Taman Nasional Ujung Kulon adalah Desa Tamanjaya. Obyek wisata menarik yang terdapat diseputar Tamanjaya antara lain Desa Nelayan Cibanua, Curug cipaniis, sumber air panas Cibiuk, dan wildlife viewing owa jawa di Curug Cikacang. Akomodasi yang terdapat di Tamanjaya antara lain Penginapan Sundajaya, penyewaan perahu/kapal, perkumpulan pemandu wisata/guide local, dan pusat pembuatan souvenir patung badak.

Demikian sobat, ulasan mengenai Sejarah Dan Keunikan Taman Nasional Ujung Kulon, dimana taman nasional ini menjadi salah satu situs kebudayaan warisan dunia dari 8 warisan dunia yang ada di Indonesia. keren kan negara kita sobat.

Sumber :
http://id.wikipedia.org/
http://yes-outdoor.blogspot.com/

0 comments:

Post a Comment